Mahasiswa KuPu-KuPu vs Mahasiswa KuRa-KuRa

Mahasiswa KuPu-KuPu vs Mahasiswa KuRa-KuRa

rikowijaya.com – Memasuki dunia perkuliahan seringkali dihadapkan pada pemahaman tentang dua tipe mahasiswa yang dikenal dengan istilah mahasiswa kupu-kupu dan mahasiswa kura-kura. Istilah ini bukan hanya sekadar julukan, tapi juga menggambarkan bagaimana aktivitas mahasiswa selama di kampus. Mahasiswa kupu-kupu, singkatan dari “kuliah pulang kuliah pulang,” sering kali dianggap sebagai tipe yang minim partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, dengan stigma negatif seperti pemalas dan tidak memiliki kehidupan sosial yang aktif. Sebaliknya, mahasiswa kura-kura yang merupakan akronim dari “kuliah rapat kuliah rapat,” sering dianggap ideal karena aktif dalam berbagai organisasi kampus dan dianggap sebagai agen perubahan.

Namun, perspektif ini sering kali terlalu simplistik. Mahasiswa kura-kura memang memiliki kesempatan lebih besar untuk membangun jaringan dan mengasah kemampuan soft skill seperti berbicara di depan umum dan bekerja dalam tim, yang berguna untuk karir masa depan mereka. Akan tetapi, keterlibatan intens dalam aktivitas organisasi sering kali menimbulkan fenomena toxic productivity, di mana mereka menjadi terlalu sibuk hingga melupakan tujuan utama pendidikan dan mengalami kelelahan.

Di sisi lain, mahasiswa kupu-kupu memiliki kelebihan dalam hal fokus akademik. Mereka cenderung dapat mengelola waktu perkuliahan dengan baik, sering kali lebih cepat menyelesaikan studi, dan memiliki kesempatan untuk menjelajahi kegiatan baru yang mungkin lebih sesuai dengan minat pribadi mereka. Menurut artikel dari Kwik Kian Gie School of Business, menjadi mahasiswa kupu-kupu juga memungkinkan individu untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi dan lebih teratur dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah.

Oleh karena itu, penting bagi setiap mahasiswa untuk memahami apa yang mereka inginkan dari pengalaman perkuliahan mereka. Tidak ada satu cara yang benar untuk menjadi mahasiswa. Baik menjadi mahasiswa kupu-kupu maupun kura-kura memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Yang terpenting adalah bagaimana individu dapat menemukan keseimbangan antara kegiatan akademik dan kegiatan ekstrakurikuler, sehingga dapat mengoptimalkan manfaat dari masa studi mereka di perguruan tinggi.

Akhirnya, mahasiswa harus mengingat bahwa masa kuliah adalah kesempatan untuk eksplorasi dan pertumbuhan pribadi. Apapun pilihan mereka, baik aktif di organisasi maupun fokus pada studi, yang terpenting adalah melakukannya dengan tanggung jawab dan gembira, karena ini akan membentuk fondasi untuk masa depan mereka. Setiap individu berhak menentukan jalannya sendiri dan mengisi kehidupan kampus dengan cara yang paling sesuai dengan aspirasi dan kapasitasnya.